Badan Tidak Enak tapi Kata Dokter Sehat, Kok Bisa?

Badan Tidak Enak tapi Kata Dokter Sehat, Kok Bisa?

Beberapa dari kita mungkin memiliki pengalaman seperti judul artikel ini. Kita merasa badan kita tidak sehat, lemas, mual, sesak napas dan sebagainya, tapi setelah melakukan pemeriksaan kesehatan ternyata tubuh kita sehat. Kalau tubuh kita sehat lalu kenapa kita merasakan gejala-gejala tersebut? Atau mungkin beberapa orang yang lain pernah mengalami sulit tidur padahal merasa tidak ada masalah kesehatan apapun. Kalau benar-benar tidak ada masalah kenapa bisa sulit tidur? Ketika keluhan-keluhan tersebut diperiksakan ke dokter dan hasilnya ternyata tubuh kita baik-baik saja, beberapa dokter mungkin akan menimpali, “bapak/ibu itu tidak sakit. Bapak/ibu itu stres.” Benarkah seperti itu?

Keluhan-keluhan seperti yang diceritakan di timbul karena kondisi psikologis kita menurun/mengalami gangguan. Ketika kita memiliki permasalahan yang membuat kita tidak nyaman tapi karena tuntutan lingkungan (misalnya ada ucapan dari orang sekitar “ah kaya gitu aja dipikirin” atau “masa kaya gitu aja gak bisa” dan sebagainya) kita jadi mengabaikan atau membiarkan permasalahan dan menganggapnya seolah-olah tidak ada permasalahan itu sebenarnya tidak hilang. Dia hanya tidak mendapatkan porsi perhatian dari kita sampai pada tahap kita tidak sadar bahwa ketidaknyamanan itu sebenarnya masih ada. Ketika ketidaknyamanan itu kita abaikan terus-menerus, dia biasanya muncul dalam bentuk gejala-gejala fisik seperti yang dicontohkan di atas atau justru memicu respon fisik yg nyata seperti naiknya asam lambung. Saat gejala-gejala fisik itu diperiksa secara medis sangat wajar  tidak ditemukan penyebabnya pada tubuh kita karena yang sedang tidak baik-baik saja bukan tubuh kita tapi perasaan kita dan kondisi psikologis kita.

“Kalau sudah begitu apakah berarti mental saya terganggu? Apakah saya gila?”

Mungkin pertanyaan seperti itu selanjutnya muncul di benak kita ketika kita sudah mengetahui bahwa ternyata kondisi psikologis kita tidak baik-baik saja. Pertanyaan tersebut mungkin membuat kita lebih cemas dan justru takut untuk memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater. Pertanyaan tersebut adalah bukti bahwa dalam masyarakat kita stigma atau anggapan buruk tentang kesehatan mental masih sangat kuat. Masyarakat takut dicap “gila” jika orang lain tahu bahwa mereka melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan mentalnya padahal baru pada tahap pemeriksaan dan belum ada diagnosis dari psikolog atau psikiater.

Tiga Jenis Kondisi kesehatan jiwa manusia

Mengacu pada Undang-undang nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa atau kesehatan mental, kondisi kesehatan jiwa manusia dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

  • Seseorang dikatakan sehat jiwa atau sehat mental jika orang tersebut dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga ia menyadari kemampuan diri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk orang-orang di sekitarnya.
  • Seseorang dikatakan memiliki masalah kejiwaan ketika ia memiliki masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
  • Seseorang dikatakan memiliki gangguan jiwa ketika ia mengalami gangguan dalam piliran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang manusia.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat kita pahami bahwa kondisi kesehatan mental manusia bukanlah hal yang hitam putih. Tidak sehat jiwa tidak selalu berarti kita mengalami gangguan jiwa karena hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari seperti urusan pekerjaan, urusan merawat anak atau anggota keluarga, urusan dengan pasangan, urusan pendidikan dan lain-lain, juga berpotensi menjadi masalah yang mengganggu kesehatan mental. Namun untuk menentukan apakah masalah tersebut sampai masuk pada gangguan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Kalau kondisi tersebut adalah gangguan jiwa ringan hingga sedang apakah saya harus tetap konsultasi ke psikolog/psikiater? Apakah bisa menyembuhkan kondisi ini sendiri?”

Sebelum menjawab pertanyaan ini izinkan saya untuk bertanya. Apakah anda sudah mendapat benar informasi yang tentang langkah-langkah apa saja yang bisa anda lakukan selanjutnya untuk memperbaiki kondisi kesehatan mental anda? Apakah anda yakin bahwa langkah-langkah tersebut akan membantu anda? Jika jawaban dari kedua pertanyaan tersebut adalah tidak, maka ini saat yang tepat bagi anda untuk berkonsultasi dengan psikolog. Konsultasi merupakan langkah yang penting untuk memastikan sumber masalah psikologi anda sehingga kita bisa memberikan advis yang tepat untuk perbaikan kondisi kesehatan mental anda. Saya memahami bahwa memeriksakan diri ke psikolog mungkin merupakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Stigma atau anggapan buruk tentang isu kesehatan mental dan ketidakpahaman tentang apa yang harus dilakukan di dalam ruang konseling psikologi kemungkinan besar akan menambah rasa insecure dan tidak yakin apakah harus konsultasi atau tidak. Akan tetapi kita harus fokus pada kebutuhan daripada rasa takut atau insecure yang kita rasakan. Bayangkan anda memiliki luka parah di kaki anda yang terasa nyeri. Rasa sakit dari luka sebenarnya sangat mengganggu, tetapi anda tidak mau memeriksakan luka itu ke dokter karena anda takut kaki anda akan diamputasi. Akibatnya luka tersebut berisiko besar untuk semakin memburuk karena infeksi atau pembusukan karena tidak diobati. Apabila anda memilih untuk sesegera mungkin memeriksakan luka tersebut ke dokter belum tentu kaki anda perlu diamputasi. Ketika anda membiarkan luka anda tidak diobati risikonya akan semakin besar untuk perlu diamputasi karena infeksi dan pembusukan. Hal yang sama juga berlaku untuk kondisi mental kita. Apabila kita membiarkan kondisi mental kita yang tidak baik-baik saja tidak ditangani dengan tepat, kondisi tersebut berisiko berubah menjadi gangguan yang lebih berat.

Di beberapa wilayah Indonesia pembahasan tentang kesehatan mental sudah tidak lagi tabu. Semakin hari semakin banyak warga masyarakat yang sudah memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. Namun tidak bisa dipungkiri dampak stigma atau anggapan negatif tentang kesehatan mental memang ditemukan pada sebagian masyarakat. Mungkin tidak mudah bagi kita untuk menerima bahwa berbagai permasalahan psikologis sebenarnya sudah ada di sekitar kita karena anggapan-anggapan buruk tersebut terhadap gangguan jiwa. Namun alangkah baiknya jika hal tersebut tidak menghentikan kita untuk memberikan penanganan yang diperlukan terhadap kondisi mental diri kita sendiri atau orang-orang di sekitar kita. Organisasi kesehatan dunia, WHO, mengatakan kesehatan bukan hanya sekedar kesehatan fisik tapi juga tentang kesehatan mental. Meskipun kita hidup berkecukupan secara materi atau kesehatan fisik tetapi jika di dalam hati kita tidak merasa tenang dan bahagia apakah hidup seperti itu ingin kita jalani terus-menerus. Kita perlu memahami bahwa untuk mencapai perasaan tenang dan bahagia ada langkahnya dan ada profesional berkompeten yang bisa membantu.

Silahkan lakukan pemeriksaan kesehatan anda dengan dokter spesialis di Rumah Sakit Budi Medika. Anda bisa melihat jadwal selengkapnya di sini!

Arti Pramadani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Sumber:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Hubungi Kami

Whatsapp: 082180000678
Alamat: Jalan Yos Sudarso No 85, Bumi Waras, Bandar Lampung, Lampung
Layanan Gawat Darurat/IGD: 0721 – 6015000

 

Waktu Pelayanan

Senin – 24 Jam
Selasa – 24 Jam
Rabu – 24 Jam
Kamis – 24 Jam
Jumat – 24 Jam
Sabtu – 24 Jam
Minggu – 24 Jam

Lokasi RS. Budi Medika